Kamis, 11 Juli 2013

Tidak Mungkin Bersatu dalam Hati, Cinta Allah dan Cinta Materi


Jika Anda memahami mukadimah ini, maka tidak mungkin akan menyatu di dalam hati, mencitai kekasih yang lebih tinggi dengan mencintai materi. Bahkan keduanya sangat bertentangan, tidak mungkin bisa bertemu. Orang yang mencintai harus bisa mengeluarkan salah satunya. Orang yang mencurahkan seluruh cintanya buat yang paling dicintai, dia akan menganggap cinta kepada yang lain adalah batal dan harus dihilangkan. Kalau toh mencintainya, tidaklah mencitai dia selain demi cinta pertama, atau cinta itu dianggap sebagai wasilah/perantara untuk memantapkan cintanya pertama, atau justru untuk mematahkan yang berlawanan dengan cintanya. Cinta yang benar mengharuskan adanya satu yang dicintai, tidak ada cinta sampingan dengan yang lain. Kalau cinta kepada manusia saja ada kecemburuan, dan rasa kesal ketika ada pihak lain, bagaimana dengan cinta kepada kekasih yang Maha Tinggi, yang tidak layak diduakan ? Seluruh cinta selain kepada Allah, hakikatnya adalah siksaan. Karena itu, Allah tidak mengampuni dosa yang lain bagi siapa saja yang dikehendaki.
Cinta materi, berarti kehilangan cinta yang lebih bermanfaat. Cinta tidak memberi kebaikan, kenikmatan, dan kehidupan yang bermanfaat kecuali dengan cinta kepada Allah semata. Hendaklah seseorang memilih satu di antara dua cinta. Keduanya tidak mungkin bersatu dalam hati, dan juga tidak mungkin hilang dari hati. Orang yang berpaling dari cinta Allah, Zikir dan bertemu dengan-Nya, akan dicoba dengan cinta kepada selain Allah, kemudian menjadi siksa baginya didunia, di alam barzakh dan di Akhirat. Adakalanya disiksa dengan mencintai berhala, mencintai salib, tiang, mencintai keluarga atau kawan-kawan. Atau disiksa dengan mencintai yang lebih hina lagi. Manusia akan menjadi hamba bagi yang dicintainya. Barangsiapa yang tidak mengambil Allah Pemilik dan Pemelihara sebagai Tuhannya, maka dia akan mengambil hawa nafsu sebagai Tuhannya. Allah SWT berfirman: Maka pernahkan kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat hatinya dan meletakkan tutup atas penglihatannya ? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran ? (QS. Al-Jasiyat/45: 23)
Sumber: IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAH
The Truth of Illness and Healing = menyembuhkan SAKIT mencerdaskan HATI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar