DI MASJID BAITURRAHIM, RW 2 TANDANG,
TEMBALANG, SEMARANG.
0LEH: M. DANUSIRI danusiri.dosen.unimus.ac.id
TEMBALANG, SEMARANG.
0LEH: M. DANUSIRI danusiri.dosen.unimus.ac.id
1.Membuka pengajian dengan salam kepada jamaah
2.Prolog dengan hamdalah, syahadat, shalawat, wasiat peningkatan takwa, mengajak membuka pengajian dengan membaca basmalah bersama-sama.
3.Membaca ayat-ayat yang dikaji secara berjamaah (kor) secara tartil.
4.Menunjuk beberapa orang membaca kembali dari ayat pertama hingga yang terakhir dengan cara bergantian secara acak dari tempat duduk. Bagi yang tidak bisa atau tidak bersedia, atau karena alasan lain dilewati lalu menunjuk orang selanjutnya sebagai pembaca.
5.Membetulkan kesalahan-kesalahan baca
6.Menjelaskan cara pengucapan huruf fak, qaf, dan kab.
7.Menerjemah kata-kata demi kata model pondok pesantren, yaitu makna gandhul, mengulangi sekali dengan pengantar bahasa Indonesia.
8.Menafsir atau menjelaskan maksud-maksud kata-kata tertentu dari ayat-ayat yang sedang dikaji.
9.Pendekatan yang digunakan adalah metode tafsir tahlili, dan bisa berkembang sesuai arah persoalan yang muncul dari para jamaah.
10.Teks-teks ayat kajian adalah sebagai berikut:
2.Prolog dengan hamdalah, syahadat, shalawat, wasiat peningkatan takwa, mengajak membuka pengajian dengan membaca basmalah bersama-sama.
3.Membaca ayat-ayat yang dikaji secara berjamaah (kor) secara tartil.
4.Menunjuk beberapa orang membaca kembali dari ayat pertama hingga yang terakhir dengan cara bergantian secara acak dari tempat duduk. Bagi yang tidak bisa atau tidak bersedia, atau karena alasan lain dilewati lalu menunjuk orang selanjutnya sebagai pembaca.
5.Membetulkan kesalahan-kesalahan baca
6.Menjelaskan cara pengucapan huruf fak, qaf, dan kab.
7.Menerjemah kata-kata demi kata model pondok pesantren, yaitu makna gandhul, mengulangi sekali dengan pengantar bahasa Indonesia.
8.Menafsir atau menjelaskan maksud-maksud kata-kata tertentu dari ayat-ayat yang sedang dikaji.
9.Pendekatan yang digunakan adalah metode tafsir tahlili, dan bisa berkembang sesuai arah persoalan yang muncul dari para jamaah.
10.Teks-teks ayat kajian adalah sebagai berikut:
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)
117. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang orang yang mendapat petunjuk.
118. Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayatNya.
119. Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas.
120. Dan tinggalkanlah dosa yang nampak dan yang tersembunyi. Sesungguhnya orang yang mengerjakan dosa, kelak akan diberi pembalasan (pada hari kiamat), disebabkan apa yang mereka telah kerjakan.
11. Ringkasan Tafsir:
1). Orang yang beristikomah dalam Islam murni (ad-Dinul khalish) baik secara normatif maupun realistik memang hanya sedikit. Keadaan ini menurut bahasa sekarang kurang populer.
2). Kebanyakan manusia atau orang beragama adalah salah, tetapi populis.
3). Peringatan dari Allah bagi kita kaum muslimin, yang istikomah dalam dinul khalish, agar tidak mengikuti kebanyakan manusia yang melata di muka bumi ini. Kebanyakan mereka adalah salah. Telah dijelaskan bahwa kesalahan manusia terjadi karena (a) tidak mau mengakui kebenaran Islam, (b) mau mengakui kebenaran Islam tetapi tidak puas hanya menggunakan Islam sebagai pedoman hidup, melainkan mencari-cari pedoman hidup dari agama lain untuk dicampurkan ke dalam Islam, atau (c) menciptakan sesuatu yang baru dalam islam. Jadi baik nomor b dan c merupakan Islam plus. Plusnya itu pasti menjadi sesuatu yang salah jika diukur dari kebenaran Islam. Kelompok a, b, dan c ini memang berbuat sekuat tenaga untuk menyesatkan kita. Bahasa teknis Alquran untuk ini adalah yadlilluuka (menyesatkan kamu).
4). Tambahan dari Islam dalam beragama baik yang berasal dari luar Islam maupun ciptaan manusia ini tidak bisa mencapai tataran kalkulasi kebenaran hakiki, betapa pun ‘pembuat campuran agama’ itu disucikan oleh para pengikutnya, melainkan hanya sebatas persangkaan. Sangat tidak pantas melaksanakan keberagamaan hanya bersumber dari sesuatu persangkaan. Keadaan berpikir apa iya apa tidak itu tidak boleh terjadi dalam Islam. Tetapi aneh justru digemari oleh kebanyakan orang. Lebih aneh lagi sebagian mereka sadar sesadar-sadarnya bahwa pola keberagamaan mereka merupakan formula campuran antara Islam dan non Islam, umpama Hindu-Islam, Budha-Islam, Nasrani-Islam. Upacara tahlilan yang pahalanya dikirimkan untuk orang mati pada hari ke 1 hingga hari ke 7, 40, hari ke 100, pendhak pisan, pendhak pindho, hari ke 1000, dan khaul adalah kolaborasi antara Hindu-Islam. Menanam ari-ari di teras depan rumah dengan membaca surat al-Ikhlash, muta’awidzataini, lalu dipagari, dan kalau malam diberi lampu penerang adalah Hindhu-Budha-Islam. Acara ulang tahun dengan berdoa ala Islam lengkap dengan tiup lilin adalah kolaborasi antara Islam, Majusi, dan Nashara.
5). Persangkan-persangkaan dalam beragama itu tidak bukan dan tidak lain hanyalah dusta belaka terhadap Allah, Bahasa teknis untuk ini adalah yakhrushuun. Itulah sebabnya, sekali lagi, kalau kita ingin benar dalam beragama, tidak melakukan kedustaan terhadap Allah, kita harus hanya cukup beragama Islam dengan hanya berpedoman kepada Firman Allah dan sunnah utusan-Nya saja, meskipun secara sosiologis-politis kurang populis. Kalau mau jujur, kita memahami Alquran sepanjang hidup di kandung badan tak kan pernah cukup karena luasnya makna-makna yang terkandung di dalamnya.
6). Tambahan-tambahan dalam Islam selain dikatakan sebagai persangkaan dan kedustakaan, juga disebut sebagai kesesatan. Kesesatan ini ada dalam pantauan Allah Swt. Hasil pantauan itu kemudian dikomparasikan dengan hidayah (petunjuk). Sesat dan petunjuk dikatakan oleh-Nya tidak pernah sama, bisa diumpamakan antara timur dan barat, antara utara dan selatan. Kita pasti tidak bisa mengatakan arah timur ke barat-baratan atau barat ke timur-timuran. Jadi kita juga tidak bisa mengatakan sesat ke benar-benaran atau benar ke sesat-sesatan. Alhasil kita tidak bisa menciptakan agama Hindhu ke islam-islaman (Islamo-Hindhuisme) atau Islam ke Hindhu-hindhuan (Hindhuo-Islamisme).
7). Salah satu bentuk istikomah dalam keimanan adalah hanya mau mengonsumsi makanan sembelihan yang dinyatakan halal oleh Allah, antara lain yang disebut nama Allah ketika menyembelhnya. Kelihatannya sepele, tetapi sebenarnya amat berat dan sulit untuk diterapkan di Indonesia ini, khususnya di Jawa bagi yang mengingingkan makan di warung atau restoran. Sejauh pantauan saya, jika ada warung makan muslim biasanya tidak laris dan cenderung tutup. Warung atau restoran yang laris umumnya yang memiliki citarasa khas, bukan label halal haramnya. Warung itu akan sangat laris kalau sudah dikunjungi dan dipromosikan oleh Bapak Bondan dalam acara kuliner, Ini artinya, negeri ini yang konon 88 % lebih beragama Islam lebih, ketika hendak makan di warung atau restoran, orientasi pertama adalah lezatnya, citarasanya, lokasinya, sementara halal dan haramnya tidak masuk dalam hitungannya. Peringatan Allah sebagaimana termaktub dalam ayat 118 ini menguap begitu saja dari sfera pikiran mereka. Sungguh suatu sikap yang amat gegabah dalam beragama. Mencari warung makan yang menyajikan citarasa, kelezatan, atau cirri-ciri lain yang menarik dan khas itu bagus dan tidak salah, tetapi bagi konsumen akan lebih bijaksana kalau juga memperhatikan halal-haramnya sajian yang jajakan.
8). Ketika kebanyakan manusia tidak mengacuhkan larangan Allah agar tidak mengonsumsi makanan haram ini, Allah lalu bertanya “mengapa kamu tetap tidak mau memakan makanan yang disebut nama Allah? Menurut analisis psikologi peringatan agar tidak mengonsumsi makanan haram ini sungguh amat penting. Pasti ada marabahayanya jika orang tetap nekad memakan makanan haram. Rasulullah menjelaskan bahwa shalat seseorang tidak akan diterima selama 40 hari jika habis memakan makanan haram. Shalat seseorang tidak diterima selagi pakaian yang dikenakan mengandung unsur pembayaran haram. Ini antara lain rahasianya.jadi shalat kita percuma saja kalau asupan makan kita itu haram. Tidak shalat menjadi kufur, shalat tidak diterima. Jadi tidak ada enaknya. Untuk itu mari kita laksanakan dengan penuh hormat dan ikhlas terhadap Allah. Mengapa? Allah mengetahui benar bagi orang yang melanggar larangan itu.
9). Makna Allah mengetahui bukan sekedar tahu sudah selesai, ibarat anak kecil mengetahui kejahatan preman, kemudian ia diam saja lantaran takut kepada preman itu. Tidak seperti itu. Allah maha tahu dan maha kuat. Jadi ketika mengetahui kejahatan seseorang tentu panjang akibatnya.
10). Sebelum akibat itu datang, sekali lagi Allah memerintah dengan tegas “jauhi dosa itu baik lahiriah maupun batiniahnya”, artinya kita jangan sekali-kali memakan makanan haram, makanan yang tidak disebut atas nama Allah. Kalau tetap nekad maka balasan itu akan benar-benar dilaksanakan. Kalau balasan itu tiba, maka tidak ada kekuatan apapun yang mampu menahannya.
11). Pengertian makanan yang tidak disebut atas nama Allah itu dapat diperluas pemahamannya menjadi bukan hanya binatang ternak sembelihan saja, melainkan semua makanan, minuman, obat-obatan yang masuk ke dalam tubuh, dan kosmetika (MMOK) yang cara mengonsumsinya, dan cara mendapatkannya tidak disebut nama Allah. Kekayaan hasil mencuri, korupsi, penggelapan, dan aneka cara-cara culas dalam memperolehnya pasti tidak disebut nama Allah ketika memperolehnya. Cara-cara ini tentu ada balasannya di akhirat kelak.
Kita pasti berlindung dan memohon kekuatan kepada Allah agar kita selamat dari keberagamaan kolaboratif-sinkretik, mengonsumsi, maupun memperoleh MMOK yang tidak halal, dan tidak disebut asma Allah
11. semoga ada manfaatnya bagi kita semua. Mari kita tutup dengan bacaan hamdalah dan doa kafaratul majlis: Subhanakallaahumma wabihamdika, asyhadu anlaa ilaaha illa Anta astaghfiruka wa atuubu ilaik. Alhamdulillahi Rabbil ‘aalamiin. Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Semarang, 19 Maret 2012
Nara sumber
11. Ringkasan Tafsir:
1). Orang yang beristikomah dalam Islam murni (ad-Dinul khalish) baik secara normatif maupun realistik memang hanya sedikit. Keadaan ini menurut bahasa sekarang kurang populer.
2). Kebanyakan manusia atau orang beragama adalah salah, tetapi populis.
3). Peringatan dari Allah bagi kita kaum muslimin, yang istikomah dalam dinul khalish, agar tidak mengikuti kebanyakan manusia yang melata di muka bumi ini. Kebanyakan mereka adalah salah. Telah dijelaskan bahwa kesalahan manusia terjadi karena (a) tidak mau mengakui kebenaran Islam, (b) mau mengakui kebenaran Islam tetapi tidak puas hanya menggunakan Islam sebagai pedoman hidup, melainkan mencari-cari pedoman hidup dari agama lain untuk dicampurkan ke dalam Islam, atau (c) menciptakan sesuatu yang baru dalam islam. Jadi baik nomor b dan c merupakan Islam plus. Plusnya itu pasti menjadi sesuatu yang salah jika diukur dari kebenaran Islam. Kelompok a, b, dan c ini memang berbuat sekuat tenaga untuk menyesatkan kita. Bahasa teknis Alquran untuk ini adalah yadlilluuka (menyesatkan kamu).
4). Tambahan dari Islam dalam beragama baik yang berasal dari luar Islam maupun ciptaan manusia ini tidak bisa mencapai tataran kalkulasi kebenaran hakiki, betapa pun ‘pembuat campuran agama’ itu disucikan oleh para pengikutnya, melainkan hanya sebatas persangkaan. Sangat tidak pantas melaksanakan keberagamaan hanya bersumber dari sesuatu persangkaan. Keadaan berpikir apa iya apa tidak itu tidak boleh terjadi dalam Islam. Tetapi aneh justru digemari oleh kebanyakan orang. Lebih aneh lagi sebagian mereka sadar sesadar-sadarnya bahwa pola keberagamaan mereka merupakan formula campuran antara Islam dan non Islam, umpama Hindu-Islam, Budha-Islam, Nasrani-Islam. Upacara tahlilan yang pahalanya dikirimkan untuk orang mati pada hari ke 1 hingga hari ke 7, 40, hari ke 100, pendhak pisan, pendhak pindho, hari ke 1000, dan khaul adalah kolaborasi antara Hindu-Islam. Menanam ari-ari di teras depan rumah dengan membaca surat al-Ikhlash, muta’awidzataini, lalu dipagari, dan kalau malam diberi lampu penerang adalah Hindhu-Budha-Islam. Acara ulang tahun dengan berdoa ala Islam lengkap dengan tiup lilin adalah kolaborasi antara Islam, Majusi, dan Nashara.
5). Persangkan-persangkaan dalam beragama itu tidak bukan dan tidak lain hanyalah dusta belaka terhadap Allah, Bahasa teknis untuk ini adalah yakhrushuun. Itulah sebabnya, sekali lagi, kalau kita ingin benar dalam beragama, tidak melakukan kedustaan terhadap Allah, kita harus hanya cukup beragama Islam dengan hanya berpedoman kepada Firman Allah dan sunnah utusan-Nya saja, meskipun secara sosiologis-politis kurang populis. Kalau mau jujur, kita memahami Alquran sepanjang hidup di kandung badan tak kan pernah cukup karena luasnya makna-makna yang terkandung di dalamnya.
6). Tambahan-tambahan dalam Islam selain dikatakan sebagai persangkaan dan kedustakaan, juga disebut sebagai kesesatan. Kesesatan ini ada dalam pantauan Allah Swt. Hasil pantauan itu kemudian dikomparasikan dengan hidayah (petunjuk). Sesat dan petunjuk dikatakan oleh-Nya tidak pernah sama, bisa diumpamakan antara timur dan barat, antara utara dan selatan. Kita pasti tidak bisa mengatakan arah timur ke barat-baratan atau barat ke timur-timuran. Jadi kita juga tidak bisa mengatakan sesat ke benar-benaran atau benar ke sesat-sesatan. Alhasil kita tidak bisa menciptakan agama Hindhu ke islam-islaman (Islamo-Hindhuisme) atau Islam ke Hindhu-hindhuan (Hindhuo-Islamisme).
7). Salah satu bentuk istikomah dalam keimanan adalah hanya mau mengonsumsi makanan sembelihan yang dinyatakan halal oleh Allah, antara lain yang disebut nama Allah ketika menyembelhnya. Kelihatannya sepele, tetapi sebenarnya amat berat dan sulit untuk diterapkan di Indonesia ini, khususnya di Jawa bagi yang mengingingkan makan di warung atau restoran. Sejauh pantauan saya, jika ada warung makan muslim biasanya tidak laris dan cenderung tutup. Warung atau restoran yang laris umumnya yang memiliki citarasa khas, bukan label halal haramnya. Warung itu akan sangat laris kalau sudah dikunjungi dan dipromosikan oleh Bapak Bondan dalam acara kuliner, Ini artinya, negeri ini yang konon 88 % lebih beragama Islam lebih, ketika hendak makan di warung atau restoran, orientasi pertama adalah lezatnya, citarasanya, lokasinya, sementara halal dan haramnya tidak masuk dalam hitungannya. Peringatan Allah sebagaimana termaktub dalam ayat 118 ini menguap begitu saja dari sfera pikiran mereka. Sungguh suatu sikap yang amat gegabah dalam beragama. Mencari warung makan yang menyajikan citarasa, kelezatan, atau cirri-ciri lain yang menarik dan khas itu bagus dan tidak salah, tetapi bagi konsumen akan lebih bijaksana kalau juga memperhatikan halal-haramnya sajian yang jajakan.
8). Ketika kebanyakan manusia tidak mengacuhkan larangan Allah agar tidak mengonsumsi makanan haram ini, Allah lalu bertanya “mengapa kamu tetap tidak mau memakan makanan yang disebut nama Allah? Menurut analisis psikologi peringatan agar tidak mengonsumsi makanan haram ini sungguh amat penting. Pasti ada marabahayanya jika orang tetap nekad memakan makanan haram. Rasulullah menjelaskan bahwa shalat seseorang tidak akan diterima selama 40 hari jika habis memakan makanan haram. Shalat seseorang tidak diterima selagi pakaian yang dikenakan mengandung unsur pembayaran haram. Ini antara lain rahasianya.jadi shalat kita percuma saja kalau asupan makan kita itu haram. Tidak shalat menjadi kufur, shalat tidak diterima. Jadi tidak ada enaknya. Untuk itu mari kita laksanakan dengan penuh hormat dan ikhlas terhadap Allah. Mengapa? Allah mengetahui benar bagi orang yang melanggar larangan itu.
9). Makna Allah mengetahui bukan sekedar tahu sudah selesai, ibarat anak kecil mengetahui kejahatan preman, kemudian ia diam saja lantaran takut kepada preman itu. Tidak seperti itu. Allah maha tahu dan maha kuat. Jadi ketika mengetahui kejahatan seseorang tentu panjang akibatnya.
10). Sebelum akibat itu datang, sekali lagi Allah memerintah dengan tegas “jauhi dosa itu baik lahiriah maupun batiniahnya”, artinya kita jangan sekali-kali memakan makanan haram, makanan yang tidak disebut atas nama Allah. Kalau tetap nekad maka balasan itu akan benar-benar dilaksanakan. Kalau balasan itu tiba, maka tidak ada kekuatan apapun yang mampu menahannya.
11). Pengertian makanan yang tidak disebut atas nama Allah itu dapat diperluas pemahamannya menjadi bukan hanya binatang ternak sembelihan saja, melainkan semua makanan, minuman, obat-obatan yang masuk ke dalam tubuh, dan kosmetika (MMOK) yang cara mengonsumsinya, dan cara mendapatkannya tidak disebut nama Allah. Kekayaan hasil mencuri, korupsi, penggelapan, dan aneka cara-cara culas dalam memperolehnya pasti tidak disebut nama Allah ketika memperolehnya. Cara-cara ini tentu ada balasannya di akhirat kelak.
Kita pasti berlindung dan memohon kekuatan kepada Allah agar kita selamat dari keberagamaan kolaboratif-sinkretik, mengonsumsi, maupun memperoleh MMOK yang tidak halal, dan tidak disebut asma Allah
11. semoga ada manfaatnya bagi kita semua. Mari kita tutup dengan bacaan hamdalah dan doa kafaratul majlis: Subhanakallaahumma wabihamdika, asyhadu anlaa ilaaha illa Anta astaghfiruka wa atuubu ilaik. Alhamdulillahi Rabbil ‘aalamiin. Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Semarang, 19 Maret 2012
Nara sumber
M. Danusiri.
—————
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus